KAB.TANGERANG | TR.CO.ID
Pemerintah Kabupaten Tangerang melalui Dinas Kesehatan (Dinkes) menggelar Rapat Koordinasi Bidang Kesehatan Masyarakat di Hotel Arya Duta, dikutip Rabu (9/10/2024).
Rapat ini bertujuan untuk menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Bayi (AKB), dan angka stunting di wilayah tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Plt Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat, Syaifullah, dalam sambutannya menyoroti tingginya angka kematian ibu dan bayi di Kabupaten Tangerang. Menurut data, pada tahun 2023 tercatat 39 kasus kematian ibu, sedangkan dari Januari hingga Agustus 2024 sudah terdapat 27 kasus. Jumlah kematian bayi juga mencemaskan, dengan 256 kasus pada tahun 2023 dan 142 kasus pada periode yang sama di tahun 2024.
Hasil survei SSGI (Survei Status Gizi Indonesia) menunjukkan angka stunting di Kabupaten Tangerang pada tahun 2022 sebesar 21,1 persen, yang meningkat menjadi 26,4 persen menurut Survei Kesehatan Indonesia (SKI) tahun 2023.
Dengan tema ‘Peran Lintas Sektor dalam Percepatan Penurunan AKI, AKB, dan Stunting’, Syaifullah berharap semua komponen Pemkab Tangerang dan sektor terkait dapat memperkuat komitmen untuk mengatasi masalah kesehatan ini. “Sinergi yang kuat antara berbagai pihak sangat dibutuhkan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di Kabupaten Tangerang,” ungkapnya.
Syaifullah juga menekankan pentingnya evaluasi program kesehatan di tingkat puskesmas dan kecamatan. Rapat ini merupakan program rutin tahunan untuk mengevaluasi pelaksanaan program dan kendalanya. Ia berharap kegiatan serupa dapat terus dilaksanakan agar program-program kesehatan dapat berjalan lebih efektif di masa depan.
Dalam kesempatan tersebut, Kadinkes Kabupaten Tangerang, Ahmad Muchlis, menegaskan bahwa rapat ini mengundang berbagai stakeholder di bidang kesehatan sebagai bagian dari upaya menurunkan AKI dan AKB. Muchlis juga menggarisbawahi pentingnya implementasi kebijakan yang telah ditetapkan di tingkat pusat dan daerah.
Salah satu strategi yang diterapkan adalah sistem rujukan berjenjang, mulai dari pelayanan dasar di puskesmas hingga rumah sakit rujukan, yang diharapkan dapat memberikan penanganan cepat dan tepat bagi ibu hamil dan bayi dalam kondisi darurat. “Dengan sistem rujukan yang terstruktur, kami berharap angka kematian ibu dan bayi dapat ditekan secara signifikan,” tutupnya. (dam/ris)