Dosen dan Mahasiswa STIH PAINAN Lakukan Penelitian Ilmiah di Kampung Adat Cirendeu

Jumat, 28 Juni 2024

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

TANGERANG | TR.CO.ID

Dosen dan Para Mahasiswa serta Mahasiswi Sekolah Tinggi Ilmu Hukum Painan (STIH PAINAN) pada Sabtu 22-23 Juni 2024 melakukan penelitian ilmiah dan napak tilas di Kampung Adat Cirendeu, Kampung Cirendeu, Desa Leuwigajah, Kecamatan Cimahi Selatan, Kota Cimahi Jawa Barat.

Mahasiswa – mahasiswi yang turut serta dalam penelitian ilmiah di kampung adat itu yakni, Kelas Karawaci, Kelas Cikupa dan Kelas SPSI Bekasi. Dengan di motori oleh Desen pembimbing Mata KuliaH Hukum Adat Ayu Larasati, SH, MH dan Salmah Husen, SHI, MH.

ADVERTISEMENT

ads

SCROLL TO RESUME CONTENT

Bertemakan “Tinjauan Konsistensi Ketahanan Pangan Pada Masyarakat Kampung Adat Cirendeu” banyak hal dan ilmu yang di dapat dari penelitian tersebut.

Dosen Pembimbing Ayu Larasati menjelaskan, Kampung Adat Cirendeu dipilih sebagai objek penelitian karena keunikannya, masyarakat adat di sana tidak mengonsumsi padi (Beras) selama ratusan tahun, melainkan singkong (rasi). Ketahanan pangan mereka masih terjaga hingga kini.

“Kegiatan yang dilakukan mahasiswa/i beragam. Pada hari pertama, kami melakukan napak tilas ke Kampung Adat yang terletak di Hutan Panutupan. Perjalanan memakan waktu sekitar 3 jam pulang-pergi, melewati bukit-bukit dan kebun tanpa alas kaki,” ujar dikutip wartawan, Jumat (28/6/24).

Pengunjung, sambung Laras, tidak diperbolehkan memakai baju berwarna merah untuk menjaga tradisi alam. Kepercayaan disini pun mayoritas sunda wiwitan yang mana mereka percaya Tuhan untuk menjaga alam.

Baca Juga:  CFD Berikan Dampak Positif Bagi Pelaku UMKM

“Kami berdiskusi dengan Kang Jajat sebagai ketua adat, untuk mengupas tentang sejarah Kampung Adat Cirendeu. Mahasiswa dapat bertanya langsung kepada sesepuh adat, karena pada hari pertama mereka menganalisis lingkungan dan ketahanan pangan, sehingga rasa ingin tahu mereka sangat besar,” paparnya.

Laras menguraikan, setelah berbincang dengan ketua adat, dan banyak pelajaran yang didapat. Adat-istiadat yang diturunkan secara turun temurun menjadi daya tarik pengunjung. Secara adat, masyarakat Kampung Adat Cireundeu memiliki konsep kampung adat yang selalu diingat sejak zaman dahulu.

Menurut Ketua Adat, terang Laras, konsep yang terbagi menjadi tiga bagian itu terkait dengan penggunaan lahan. Konsep yang diwariskan secara turun-temurun ini, yaitu: Leuweung Larangan (hutan terlarang), yaitu hutan yang tidak boleh ditebang pohonnya dengan tujuan untuk menyimpan air guna memenuhi masyarakat adat Cireundeu.

Leuweung Tutupan (hutan reboisasi), yaitu hutan yang digunakan untuk reboisasi. Masyarakat dapat menggunakan pohon dari hutan tersebut, namun mereka harus menanam kembali dengan pohon baru dalam hutan yang memiliki luas sekitar dua hingga tiga hektare.

“Leuweung Baladahan (hutan pertanian), hutan dapat digunakan untuk berkebun oleh masyarakat Cireundeu, biasanya ditanamani jagung, kacang tanah, singkong, ketela, dan umbi-umbian,” imbuhnya.

Baca Juga:  Siswi SMPN 3 Tunjung Teja Jalani Skrining Anemia

Kemudian, ungkap Laras, pada hari kedua, diadakan workshop tentang UMKM masyarakat adat Cirendeu, yakni tata cara mengelola singkong yang menjadi bahan pokok utama. Mulai dari mengupas, memarut, menyaring, menjemur, hingga mengolahnya menjadi berbagai jenis makanan.

“Kreativitas ibu-ibu di lingkungan ini terjaga dengan baik. Singkong bisa diolah menjadi berbagai produk seperti beras rasi, dendeng, cemilan, dan lain-lain yang dapat dijual sebagai tambahan penghasilan bagi ibu-ibu. Kami juga mencoba melihat proses demi proses pembuatan makanan pokok tersebut,” jelasnya.

Sebagai dosen mata kuliah Hukum Adat, Laras mengaku sangat senang dapat mengajak mahasiswanya secara langsung meneliti Kampung Adat Cirendeu, yang sangat unik dan asri. Ketua Adat Kang Jajat merasa senang kedatangan para mahasiswa yang ingin belajar tentang pengelolahan singkong hingga menjadi makanan yang beranekaragam.

“Tentunya, saya selaku dosen hukum adat sangat berterima kasih dan apresiasi kepada sesepuh kampung adat cirendeu serta warga setempat yang telah menyambut baik kami untuk melakukan studi ilmiah. Juga terima kasih kepada para mahasiswa dan mahasiswi yang ikut andil dalam melakukan penelitian ini, kita bisa belajar ke tempat nya langsung, ternyata bahwa kita NKRI kaya akan aneka ragam budaya, salah satunya di suku adat cirendue ini,” pungkas Laras.(fj/dam)

Berita Terkait

Wagub Banten Harap DPRD Kompak Jalankan Visi Daerah
Global Institute Kukuhkan Eksistensi, Bronze Winner LLDIKTI IV, Prestasi Mahasiswa dan Dosen Melesat
Bupati Tangerang Ajak Generasi Muda Teladani Semangat Juang dan Pengorbanan Pahlawan
Andra Soni Pimpin Ziarah Hari Pahlawan di TMP Ciceri
Wabup Intan Minta Orang Tua Terapkan Parenting Positif, Ajak Aktivitas Olahraga Anak di Luar Rumah
Waspada! Potensi Gelombang Tinggi di Pantai Selatan
Banten Catat Sejarah Industri Petrokimia
Buron Kasus Penganiayaan Berat Ditangkap Polisi di Pandeglang
Berita ini 43 kali dibaca

Berita Terkait

Rabu, 12 November 2025 - 11:40 WIB

Wagub Banten Harap DPRD Kompak Jalankan Visi Daerah

Rabu, 12 November 2025 - 11:30 WIB

Global Institute Kukuhkan Eksistensi, Bronze Winner LLDIKTI IV, Prestasi Mahasiswa dan Dosen Melesat

Selasa, 11 November 2025 - 15:55 WIB

Bupati Tangerang Ajak Generasi Muda Teladani Semangat Juang dan Pengorbanan Pahlawan

Selasa, 11 November 2025 - 10:11 WIB

Andra Soni Pimpin Ziarah Hari Pahlawan di TMP Ciceri

Senin, 10 November 2025 - 11:28 WIB

Wabup Intan Minta Orang Tua Terapkan Parenting Positif, Ajak Aktivitas Olahraga Anak di Luar Rumah

Berita Terbaru

Kabupaten Tangerang

Gaduh Parkir Berbayar di Kawasan Milenium, Dewan Deden Skak Itu Lahan PSU

Rabu, 12 Nov 2025 - 16:42 WIB

Kota Tangerang

OMI 2025 Dimulai, Pelajar Madrasah se Indonesia Adu Prestasi

Rabu, 12 Nov 2025 - 13:33 WIB

Kesehatan

Wamenkes Apresiasi Kota Tangerang

Rabu, 12 Nov 2025 - 13:30 WIB