Hasil Pilkada Banten 2024 menciptakan gelombang kejutan besar di dunia politik. Pasangan Andra Soni-Dimyati berhasil mengalahkan Airin-Ade dalam hitung cepat sejumlah lembaga survei, sebuah kemenangan yang sebelumnya sulit diprediksi. Berdasarkan hitung cepat, Airin hanya memperoleh sekitar 42 persen suara, jauh di bawah ekspektasi banyak pihak, sementara Andra keluar sebagai pemenang dengan selisih yang signifikan.
Kemenangan Andra ini mengejutkan banyak pihak, termasuk para pengamat politik yang sebelumnya memprediksi Airin akan unggul tanpa kesulitan. Sebagai peneliti yang sedang melakukan riset akademik mengenai strategi kampanye politik di Indonesia, saya melakukan wawancara dengan berbagai narasumber, mulai dari konsultan politik, pengamat, hingga tokoh politik. Mereka mengakui bahwa fenomena ini sulit dijelaskan dengan teori dan data survei yang ada. “Banten menjadi anomali dalam Pilkada 2024,” demikian komentar salah satu narasumber yang saya wawancarai.
Beberapa bulan sebelum Pilkada, saya sempat berdiskusi dengan Prof. Burhanuddin Muhtadi dari Indikator Politik Indonesia. Dalam percakapan tersebut, beliau menyatakan bahwa untuk mengalahkan Airin diperlukan strategi yang mampu menciptakan tsunami besar dalam peta dukungan pemilih. Namun, meski kemungkinan itu disebutkan, kemenangan Andra tetap terasa tidak terduga, bahkan bagi banyak pengamat yang mengandalkan survei.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Data survei PolLead Consulting pada Juli 2024 menunjukkan bahwa popularitas Airin saat itu mencapai 74,17 persen, sementara Andra hanya 37 persen. Dari sisi elektabilitas, Airin berada di angka 40,33 persen, sementara Andra 12,17 persen. Data tersebut juga mencatat bahwa 32,33 persen pemilih belum menentukan pilihan, 14,17 persen merahasiakan, dan 1 persen golput. Dari data tersebut, Airin terlihat memiliki keunggulan yang signifikan, tetapi tingginya jumlah undecided voters seharusnya menjadi perhatian utama.
Namun, kepercayaan diri Airin tampaknya membuat celah ini tidak teridentifikasi secara tepat. Banyak pihak berpendapat bahwa strategi kampanye Andra justru berhasil menjangkau swing voters dan kelompok pemilih yang belum menentukan pilihan. Kampanye Andra dinilai efektif, didukung oleh endorsement dari tokoh politik lokal, mantan kepala daerah, tokoh agama, hingga selebritas papan atas. Faktor-faktor inilah yang dianggap menjadi kunci kemenangan pasangan Andra-Dimyati.
Fenomena ini juga menyoroti kelemahan prediksi survei. Meskipun survei dilakukan dengan metodologi yang benar, hasilnya adalah potret sesaat yang tidak sepenuhnya mencerminkan dinamika di lapangan menjelang hari pencoblosan. Hasil survei PolLead menunjukkan bahwa elektabilitas Airin hanya naik sekitar dua persen dari 40,33 persen menjadi 42 persen pada hari pemilihan. Artinya, klaim pemilih loyal Airin memang hanya berada di angka tersebut, tidak lebih.
Faktor lain yang tak kalah penting adalah rendahnya partisipasi pemilih dalam Pilkada Banten 2024. Suara golput cukup signifikan, mencerminkan bahwa banyak pemilih yang tidak tergerak untuk datang ke TPS. Hal ini menunjukkan bahwa ada persoalan dalam strategi mobilisasi suara, terutama dari pihak Airin, yang mungkin terlalu mengandalkan basis loyal tanpa melihat dinamika undecided voters.
Sebagai peneliti, saya memahami bahwa hasil survei bersifat prediktif, bukan absolut. Namun, kasus ini memberikan pelajaran penting bahwa strategi yang kuat dan fleksibel sering kali lebih menentukan dibandingkan sekadar angka popularitas atau elektabilitas dalam survei. Kekalahan Airin menjadi pengingat bahwa politik adalah arena yang dinamis, di mana kejutan selalu mungkin terjadi.
Pilkada Banten 2024 akan dikenang sebagai salah satu peristiwa politik paling mengejutkan. Kemenangan Andra menunjukkan bahwa dalam politik, segalanya mungkin, selama ada strategi yang tepat dan kemampuan membaca dinamika pemilih secara jeli. Di sisi lain, kekalahan Airin menjadi catatan penting tentang bagaimana terlalu percaya diri pada angka survei dapat menjadi jebakan yang fatal. Banten telah memberikan pelajaran politik yang berharga bagi seluruh pihak yang terlibat.(*)