JAKARTA | TR.CO.ID
Jalur Gaza akhirnya memulai kembali tahun ajaran baru pada Minggu (23/2/2025) setelah lebih dari setahun mengalami kehancuran akibat serangan Israel. Proses pembelajaran berlangsung di gedung-gedung sekolah yang masih berdiri, telah direnovasi, atau di pusat pendidikan alternatif yang didirikan untuk menampung siswa yang kehilangan fasilitas belajar.
Dalam pernyataannya, Kementerian Pendidikan Palestina menegaskan bahwa tahun ajaran kali ini dimulai dengan penuh tantangan. “Tahun ajaran baru dimulai di Gaza di tengah kerusakan besar, kekurangan sumber daya, serta keterbatasan yang sangat parah,” ujar perwakilan kementerian, dikutip dari Anadolu Agency.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Kementerian juga berupaya memberikan kursus daring bagi siswa yang tidak dapat menghadiri sekolah secara langsung, guna memastikan hak mereka untuk tetap mendapatkan pendidikan. Selain itu, mereka mendesak organisasi hak asasi manusia untuk menekan Israel agar mengizinkan masuknya perlengkapan pendidikan yang dibutuhkan bagi para siswa Gaza.
Seiring dimulainya kembali aktivitas pendidikan, tantangan besar masih membayangi siswa dan tenaga pengajar di Gaza. Ribuan anak kehilangan nyawa dalam serangan, sementara banyak lainnya mengalami cedera yang menghambat mereka untuk kembali belajar. Data awal menunjukkan lebih dari 15.000 anak sekolah terbunuh, 50.000 lainnya terluka, serta 800 tenaga pendidik menjadi korban dalam konflik yang berlangsung.
Serangan tersebut juga menyebabkan kehancuran besar pada infrastruktur pendidikan. Diperkirakan 95% gedung sekolah rusak, dengan 85% di antaranya tidak bisa lagi digunakan. Bahkan, lebih dari 140 institusi akademik hancur total akibat bombardir yang terjadi.
Sebelumnya, banyak sekolah di Gaza beralih fungsi menjadi tempat pengungsian bagi warga yang kehilangan rumah. Namun, dengan adanya penangguhan serangan, Kementerian Pendidikan Palestina kini meminta agar ruang kelas dapat kembali digunakan sebagai tempat belajar bagi siswa.
Meskipun telah terjadi gencatan senjata sejak 19 Januari 2025, laporan dari otoritas lokal menyebutkan bahwa pelanggaran masih sering terjadi oleh tentara Israel. Situasi ini tetap menjadi ancaman bagi kelangsungan pendidikan di Gaza.
Kementerian Pendidikan Palestina berjanji akan terus berupaya memastikan hak pendidikan bagi seluruh anak di Gaza. “Terlepas dari segala keterbatasan yang ada, kami akan tetap berkomitmen untuk memberikan akses pendidikan bagi para siswa,” ujar perwakilan kementerian dalam pernyataan yang dikutip Emirates News Agency-WAM.
Sementara itu, Israel kini tengah menghadapi tuntutan di Mahkamah Internasional atas dugaan genosida yang dilakukan di Jalur Gaza. Mahkamah Pidana Internasional juga telah mengeluarkan surat perintah penangkapan bagi Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu serta mantan Menteri Pertahanan Yoav Gallant atas kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan yang dilakukan di wilayah tersebut.
Meski penuh tantangan, semangat belajar anak-anak Gaza tetap berkobar. Mereka berupaya bangkit dari kehancuran dan membangun masa depan yang lebih baik melalui pendidikan. (net)