Oleh : Ahmad Khozinudin, Sastrawan Politik
Di sejumlah media, termasuk di Matta Najwa, beredar klarifikasi Anies Baswedan soal pencapresannya bersama Cak Imin. Tentu, versi Anies, yang intinya tidak ada kesepakatan yang dikhianati.
Sebelumnya, Demokrat menyebut Anies dan Surya Paloh berkhianat karena secara sepihak memasangkan Anies dengan Cak Imin. Hal inilah, yang menyebabkan Demokrat mencabut dukungan kepada Anies dan keluar dari koalisi perubahan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Klarifikasi ini, tentu akan menentramkan basis konsituen Anies. Walaupun, bagi sebagiannya klarifikasi ini tak penting. Bagi ‘Die Hard’ nya Anies, yang Pejah Gesang Nderek Anies, apapun yang dilakukan Anies mereka akan tetap mendukung.
Jangankan berkhianat, masuk lubang semut pun tetap akan diikuti. Karena basis dukungan itu telah didasari oleh taklid buta, tidak rasional lagi membahas argumentasi.
Namun, klarifikasi ini tak akan bisa memperbaiki hari yang sudah rusak oleh alasan yang disimpulkan sebagai pengkhianatan. Bagi Demokrat, klarifikasi Anies ini bisa saja ditafsirkan sebagai Apologi. Sehingga, Demokrat kemungkinan tidak akan membantah atau membenarkannya, tanda Demokrat tetap dalam pandangan politik sebelumnya.
Demokrat sendiri, sudah menentukan sikap politiknya. Dengan ucapan selamat kepada Anies, AHY telah menyampaikan sikap politik partainya.
Semestinya, cara yang ditempuh Anies adalah kunjungan langsung dan bicara empat mata, lalu mengadakan konferensi bersama AHY. Kalau ini yang ditempuh, maka klarifikasi ANIES akan bernilai, dan mempersatukan. Bukan klarifikasi sepihak.
Hanya untuk melakukan langkah ini, Anies harus memiliki kesabaran untuk menunda hingga Demokrat mereda, baru kemudian bicara sesuai keadaan yang diinginkan. Hanya, Anies mungkin lebih khawatir dengan legacy pengkhianat dilekatkan pada dirinya, kalau tidak segera mengklarifikasi. Ini kaitannya dengan elektabilitas, bukan soal kredibilitas.
Sudahlah, akhirnya kita rakyat yang diminta memilih. Mau percaya Anies atau SBY. Sahroni Nasdem sempat akan melaporkan SBY, walau akhirnya dibatalkan.
Kita rakyat, tidak punya garansi untuk mempercayai siapapun. Karena umumnya politisi itu biasa berdusta dan khianat.
Dalam konteks elektabilitas, klarifikasi Anies bisa saja memiliki nilai. Namun, dalam konteks menjaga atau memperbaiki hati, KLARIFIKASI Anies tak bernilai. Hati yang sudah pecah, biasanya tambah berserak ketika tidak ada yang mengalah, apalagi berusaha membangun agitasi untuk membenarkan diri, dengan mengabaikan orang yang telah disakiti.(*)